Jambi, Aurduri.com – PT. Pertamina kembali menjadi sorotan tajam setelah kebocoran pipa minyak di Simpang Lampu Merah Paal 10, Kelurahan Kenali Asam, Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi, belum tuntas ditangani.
Kebocoran yang terjadi sejak 2 Agustus 2024 ini telah menimbulkan keresahan dan kerugian bagi masyarakat sekitar. Pipa yang bocor diketahui baru dipasang pada 13 Oktober 2023, menandakan infrastruktur tersebut bahkan belum genap satu tahun digunakan.
Pada Kamis, 8 Agustus 2024, seorang yang mengaku dari Relation Pertamina bernama Said M Rifad menghubungi Sekretaris AWaSI Jambi, Andrew Sihite, untuk membahas surat pengaduan yang dikirim oleh AWaSI Jambi pada 5 Agustus 2024 dengan nomor surat 105/AWaSI/JBI/VII/2024.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk mendiskusikan kebocoran pipa dan langkah-langkah yang diambil oleh Pertamina. Namun, hingga saat ini, tidak ada kesepakatan mengenai waktu dan tempat pertemuan yang jelas.
Pertamina melalui Said M Rifad mengundang perwakilan AWaSI Jambi untuk bertemu di salah satu kafe pada pukul 16.00 WIB, 9 Agustus 2024. Undangan ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai profesionalisme Pertamina. Mengapa pertemuan yang membahas masalah serius seperti kebocoran pipa minyak dilakukan di kafe dan bukan di kantor resmi Pertamina?
Kebocoran pipa yang baru dipasang pada tahun lalu menunjukkan adanya kemungkinan kelalaian dan ketidakprofesionalan dalam pengawasan serta pelaksanaan proyek. Infrastruktur yang seharusnya bertahan lama justru menunjukkan kerusakan serius dalam waktu kurang dari satu tahun.
“Masyarakat berhak mempertanyakan bagaimana pengawasan yang dilakukan oleh Pertamina terhadap kontraktor proyek pemipaan ini. Apakah standar keselamatan dan kualitas telah dipenuhi? Kebocoran pipa yang baru dikerjakan tahun lalu ini menandakan adanya masalah serius dalam pelaksanaan proyek,” ujar seorang pengamat industri Migas.
Tindakan Pertamina yang mengundang pertemuan di kafe alih-alih di kantor resmi menimbulkan keraguan terhadap keseriusan mereka dalam menangani masalah ini. Keputusan ini terlihat tidak profesional dan menimbulkan kesan bahwa Pertamina tidak transparan dalam menyelesaikan isu yang sedang dihadapi.
“Seharusnya Pertamina menunjukkan tanggung jawab dengan mengundang pertemuan resmi di kantor mereka, di mana dokumentasi dan diskusi dapat dilakukan dengan lebih profesional dan transparan,” kata seorang aktivis lingkungan setempat.
Kebocoran minyak yang belum terselesaikan ini terus menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan keselamatan publik. Tumpahan minyak di jalan raya tidak hanya menyebabkan kemacetan lalu lintas tetapi juga berpotensi menyebabkan kecelakaan dan kerusakan lingkungan yang memerlukan penanganan serius.
Pertamina harus bertanggung jawab penuh atas kejadian ini dan memastikan bahwa tindakan perbaikan dilakukan dengan cepat dan efektif. Selain itu, perlu dilakukan audit menyeluruh terhadap seluruh proyek pemipaan yang telah dikerjakan untuk memastikan bahwa kejadian serupa tidak terulang di masa depan.
Insiden kebocoran pipa minyak di Jambi ini menjadi cerminan penting akan perlunya pengawasan ketat dan standar kualitas tinggi dalam setiap proyek infrastruktur yang melibatkan keselamatan publik. Pertamina, sebagai perusahaan besar milik negara, harus menunjukkan tanggung jawab dan komitmen mereka dalam menjaga keselamatan dan lingkungan demi kebaikan bersama.
Kami akan terus memantau perkembangan situasi ini dan memberikan informasi terbaru seiring dengan penanganan yang dilakukan oleh pihak terkait. Hingga Berita ini diturunkan, konfirmasi dari pihak Relation Pertamina Said Muhamad Rifad melalui pesan WA hanya dibaca saja dengan tanda 2 centang biru. (JE-team)
Discussion about this post